Cari artikel disini

Kioserba Online,

serba ada-serba murah-serba hemat-serba berkualitas

DAFTAR ISI

Senin, 17 Agustus 2009

Kerudung Gaul, Mode atau Proses Belajar?

"Kiri!....kiri depan!" Permintaan untuk menghentikan sebuah angkutan umum keluar dari mulut seorang perempuan muda. Semua mata penumpang di mobil tersebut serentak memandang sang perempuan yang bergegas turun. Ada yang memandang langsung, ada juga yang melihat dengan sembunyi-sembunyi.

Bukan, bukan karena wanita yang turun itu secantik Tamara Bleszinki. Wajahnya biasa-biasa saja. Yang tak biasa dan membuat semua mata memandang pada perempuan muda berkerudung itu adalah balutan pakaiannya yang aduhai. Betapa tidak, blusnya yang bertangan seperempat lengan itu begitu ketat menempel di badan dan agak transparan pula, membuat belahan dada di balik blusnya terlihat samar. Celana jeans yang dipakainya juga ketat, bermodel hipster. Model celana yang hanya mengandalkan pinggul untuk menyangkutkannya. Saat merunduk turun dari angkot, tangan kanannya sibuk menarik-narik ujung blus bagian belakang, mencoba menutupi celana dalamnya yang menyembul ke atas.

"Atuh, kalau tak mau kelihatan mah, bajunya yang bener Neng!" Seorang bapak setengah baya tak kuasa menahan komentarnya.

**

PERISTIWA yang terjadi di angkutan kota (angkot) jurusan Leuwipanjang - Soreang Bandung ini hanya satu contoh dari banyak peristiwa serupa yang terjadi di mana-mana. Pakaian aduhai tersebut dijuluki sebagai "kerudung gaul". Entah apa maksudnya sebutan itu, yang pasti gaya berkerudung seperti itu memang lebih banyak dikenakan ABG (anak baru gede alias remaja) dan mahasiswi. Menutup kepala sebagai tanda seorang muslimah, sementara pakaiannya belum memenuhi standar yang dimaksud syariah Islam dengan menutup aurat.

**

PEMAHAMAN remaja putri dan perempuan muda usia tentang "aturan main" berbusana Muslim, menurut Ir.H.Sodik Mujahid, M.si., Komisaris Qiblat Tour Pusat Dakwah Indonesia (Pusdai) Bandung, kebanyakan masih terbatas.

"Yang saya lihat, tampaknya mereka yang memakai apa yang disebut kerudung gaul ini belum memahami tentang berbusana Muslim yang benar. Di sisi lain saya melihat adanya semangat untuk berbusana Muslimah. Ini bisa dimaklumi. Yang penting, mereka yang memakai apa yang disebut kerudung gaul ini jangan menganggap sudah selesai. Namun merupakan bagian dari proses menuju penyempurnaan." ujar Sodik yang juga Ketua Yayasan Darul Hikam Bandung.

Menurut Syaikh nasiruddin al-albany rahimahullah , busana muslimah yang benar adalah semacam busana yang dipakai pada saat Ihrom, yaitu hanya memperlihatkan wajah dan telapak tangan kaum perempuan. Selain yang disebutkan, semua harus tertutup.

Sebenarnya jika ingin belajar berbusana Muslimah, lebih baik memulainya dengan menutup badan dan memakai rok panjang atau celana panjang yang tidak ketat. Baju yang dikenakan pun jangan yang transparan.

Aturan tentang keharusan menutup aurat dipaparkan secara tegas dan jelas dalam Alquran dan Hadis. Dalam Alquran dijelaskan di Surat An Nuur ayat 31 dan Al Ahzab ayat 59.

Dalam hal etika berpakaian, masih banyak remaja muslim yang terpengaruh mode saat ini. Media sangat berperan dalam soal pengaruh memengaruhi ini. Lihat saja di televisi, begitu banyak orang yang berpakaian namun sebenarnya mereka telanjang. Inilah yang banyak ditiru remaja dan juga perempuan yang sudah tidak remaja lagi.

Yang lebih memprihatinkan, lanjutnya, adalah fenomena para remaja putri yang berkerudung namun masih melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

"Banyak saya lihat mereka berkerudung namun berpacaran di jalan-jalan, bergandengan tangan bahkan berangkulan. Tak tampak rasa bersalah di raut wajah mereka. Ini menunjukkan pemahaman tentang etika pergaulan belum sampai pada mereka,"

Jika pemahaman ini belum sampai pada kaum Muslimah, disebabkan banyak faktor. Salah satunya, lagi-lagi, karena pengaruh media yang menyajikan contoh tata pergaulan yang salah. Sehingga remaja muslim kita menyangka itulah yang benar. Saya khawatir ini akan membentuk pola pikir para remaja Muslim kita bahwa gaya pergaulan itu tidak salah.

Sebagai solusinya, perlu dilakukan pembinaan akhlak kaum remaja muslim secara lebih intensif. Bisa melalui sekolah atau majelis taklim-majelis taklim.

**

PSIKOLOG Yuli Aslamawati, sekaligus Pembantu Dekan I Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung (Unisba) melihat setidaknya ada tiga penyebab yang membuat maraknya kerudung gaul di kalangan Muslimah muda.

"Pertama, mereka yang memakainya belum paham apa artinya menutup aurat. Juga belum mengetahui tentang batasan aurat. Sehingga ketika mulai memakai kerudung, mereka belum tahu apa esensinya," jelas Yuli.

Penyebab kedua adalah kepekaan akan model pakaian yang sedang trend di masyarakat. "Remaja berada dalam fase tahapan perkembangan. Dalam masa ini ia akan berorientasi kepada lingkungannya terutama kelompoknya. Melihat orang lain sudah berkeredung, ia merasa belum pas kalau belum memakai kerudung. Namun di sisi lain, ya itu tadi ia belum memahami batasan-batasan tentang aurat yang harus ditutupinya," kata Yuli.

Sedangkan penyebab ketiga adalah berkait dengan kematangan seseorang. Seseorang yang masih labil emosinya bisa menjadi korban mode. "Mereka yang labil ini bukan saja para remaja tetapi juga orang dewasa usia. Dalam ilmu psikologi, dewasa tidak ditentukan oleh umur. Berbeda dengan batasan dewasa menurut hukum misalnya, yang memberikan batasan dewasa berdasarkan umur," jelas Yuli. (Disadur dari www.pesantrenvirtual.com)

Komentar :

ada 0 komentar ke “Kerudung Gaul, Mode atau Proses Belajar?”

Posting Komentar

tinggalkan komentar antum di bawah ini

Software Pemasang Iklan Baris Massal=

Submisikan web / url anda

 

TERBARU

HEADLINE

Majelis download Islami

My wordpress

Bilik cinta Abu Nafisah

  
Telaga Hati - Online

Pengikut

NGAJI ONLINE

Streaming Network

Telaga Hati

TRANSLATER

Pilih bahasa anda
Select your language
تَرْجِمْ لُغَتَكُمْ
English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified